Mantan pemain tim nasional kelahiran Surabaya, 7 Juni 1947, itu sudah dalam beberapa tahun terakhir ini bergelut dengan penyakit stroke.
Almarhum rencananya akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Pegirian, Surabaya, Senin (8/8/2011) pukul 15.00.
Rusdy lahir dari pasangan Ali Bahalwan dan Rugaiyah Baadillah. Setelah tamat dari SMAN 6 tahun 1966, ia diterima masuk di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.
Kuliah Bahalwan terbengkalai karena kecintaannya pada sepak bola. Ia sempat bolak-balik Surabaya-Jakarta untuk mengikuti pemusatan latihan tim nasional. Rusdy akhirnya memutuskan untuk berhenti kuliah dan menekuni karier sepak bola.
Rusdy lahir dalam keluarga yang taat beragama. Rusdy pun mengamalkan nilai-nilai agama itu kepada anak-anak didiknya. Salah satunya adalah dengan mengetuk pintu kamar pemainnya yang beragama Islam untuk melakukan shalat subuh berjemaah.
"Sengaja saya selipkan pesan-pesan moral agar persepakbolaan kita makin maju serta jauh dari erosi yang merusak," ucap Rusdy, mantan aktivis Indonesian Moslem Student Association (IMSA) Jatim itu, beberapa waktu lalu kepada Goal Indonesia.
Hal tersebut diamini oleh mantan pemain nasional yang pernah menjadi asisten Rusdy, Mustaqim. Menurut Mustaqim, Rusdy selalu mengatakan, "Seorang pemain yang sengaja melepas bola agar timnya kalah, itu berarti telah berbuat dosa. Pelatih yang sengaja menginstruksikan pemainnya mencederai pemain bintang lawan juga telah berbuat dosa. Begitu juga manajer yang mengatur skor akhir pertandingan serta wasit yang karena sesuatu hal lantas memihak pada salah satu tim, termasuk dalam perbuatan dosa. Karena itu, semua yang telah saya sebutkan di atas harus kita tinggalkan manakala sepak bola kita mau maju dan tidak terancam bubar."
GO |
No comments:
Post a Comment